Susilo Bambang Yudhoyono
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah Presiden RI ke enam dan Presiden pertama yang dipilih langsung oleh Rakyat Indonesia. Bersama Drs. M. Jusuf Kalla sebagai wakil presidennya, beliau terpilih dalam pemilihan presiden di 2004 dengan mengusung agenda “Indonesia yang lebih Adil, Damai, Sejahtera dan Demokratis”, mengungguli Presiden Megawati Soekarnoputri dengan 60% suara pemilih. Pada 20 Oktober 2004 Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik beliau menjadi Presiden.
Presiden SBY, seperti banyak rakyat memanggilnya, lahir pada 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. Seorang ilmuwan teruji, beliau meraih gelar Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat tahun 1991. Lanjutan studinya berlangsung di Institut Pertanian Bogor, dan di 2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian.. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah dua Doctor Honoris Causa, masing-masing dari almamaternya Webster University untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik.
Susilo Bambang Yudhoyono meraih lulusan terbaik AKABRI Darat tahun 1973, dan terus mengabdi sebagai perwira TNI sepanjang 27 tahun. Beliau meraih pangkat Jenderal TNI pada tahun 2000. Sepanjang masa itu, beliau mengikuti serangkaian pendidikan dan pelatihan di Indonesia dan luar negeri, antara lain Seskoad dimana pernah pula menjadi dosen, serta Command and General Staff College di Amerika Serikat. Dalam tugas militernya, beliau menjadi komandan pasukan dan teritorial, perwira staf, pelatih dan dosen, baik di daerah operasi maupun markas besar. Penugasan itu diantaranya, Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad, Panglima Kodam II Sriwijaya dan Kepala Staf Teritorial TNI.
Selain di dalam negeri, beliau juga bertugas pada misi-misi luar negeri, seperti ketika menjadi Commander of United Nations Military Observers dan Komandan Kontingen Indonesia di Bosnia Herzegovina pada 1995-1996.
Setelah mengabdi sebagai perwira TNI selama 27 tahun, beliau mengalami percepatan masa pensiun maju 5 tahun ketika menjabat Menteri di tahun 2000. Atas pengabdiannya, beliau menerima 24 tanda kehormatan dan bintang jasa, diantaranya Satya Lencana PBB UNPKF, Bintang Dharma dan Bintang Maha Putra Adipurna. Atas jasa-jasanya yang melebihi panggilan tugas, beliau menerima bintang jasa tertinggi di Indonesia, Bintang Republik Indonesia Adipurna.
Sebelum dipilih rakyat dalam pemilihan presiden langsung, Presiden Yudhoyono melaksanakan banyak tugas-tugas pemerintahan, termasuk sebagai Menteri Pertambangan dan Energi serta Menteri Koordinator Politik, Sosial dan Keamanan pada Kabinet Persatuan Nasional di jaman Presiden Abdurrahman Wahid. Beliau juga bertugas sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan dalam Kabinet Gotong-Royong di masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada saat bertugas sebagai Menteri Koordinator inilah beliau dikenal luas di dunia internasional karena memimpin upaya-upaya Indonesia memerangi terorisme.
Presiden Yudhoyono juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the Governance Reform, suatu upaya bersama Indonesia dan organisasi-organisasi internasional untuk meningkatkan tata kepemerintahan di Indonesia. Beliau adalah juga Ketua Dewan Pembina di Brighten Institute, sebuah lembaga kajian tentang teori dan praktik kebijakan pembangunan nasional.
Presiden Yudhoyono adalah seorang penggemar baca dengan koleksi belasan ribu buku, dan telah menulis sejumlah buku dan artikel seperti: Transforming Indonesia: Selected International Speeches (2005), Peace deal with Aceh is just a beginning (2005), The Making of a Hero (2005), Revitalization of the Indonesian Economy: Business, Politics and Good Governance (2002), dan Coping with the Crisis - Securing the Reform (1999). Ada pula Taman Kehidupan, sebuah antologi yang ditulisnya pada 2004. Presiden Yudhoyono adalah penutur fasih bahasa Inggris.
Presiden Yudhoyono adalah seorang Muslim yang taat. Beliau menikah dengan Ibu Ani Herrawati dan mereka dikaruniai dengan dua anak lelaki. Pertama adalah Letnan Satu Agus Harimurti Yudhoyono, lulusan terbaik Akademi Militer tahun 2000 yang sekarang bertugas di satuan elit Batalyon Lintas Udara 305 Kostrad. Putra kedua, Edhie Baskoro Yudhoyono, mendapat gelar bidang Ekonomi dari Curtin University, Australia.
Pendidikan
* Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) tahun 1973
* American Language Course, Lackland, Texas AS, 1976
* Airbone and Ranger Course, Fort Benning , AS, 1976
* Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS, 1982-1983
* On the job training di 82-nd Airbone Division, Fort Bragg, AS, 1983
* Jungle Warfare School, Panama, 1983
* Kursus Senjata Antitank di Belgia dan Jerman, 1984
* Kursus Komando Batalyon, 1985
* Sekolah Komando Angkatan Darat, 1988-1989
* Command and General Staff College, Fort Leavenwort, Kansas, AS
* Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
* Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), tahun 2004.
Ringkasan Karir
* Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad (1974-1976)
* Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977)
* Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
* Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978)
* Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981)
* Paban Muda Sops SUAD (1981-1982)
* Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983-1985)
* Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988)
* Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
* Dosen Seskoad (1989-1992)
* Korspri Pangab (1993)
* Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994)
* Asops Kodam Jaya (1994-1995)
* Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
* Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (sejak awal November 1995)
* Kasdam Jaya (1996-hanya lima bulan)
* Pangdam II/Sriwijaya (1996-) sekaligus Ketua Bakorstanasda
* Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
* Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI (1998-1999)
* Mentamben (sejak 26 Oktober 1999)
* Menko Polsoskam (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
* Menko Polkam (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri) mengundurkan diri 11 Maret 2004
Penghargaan
* Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
* Adhi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
* Satya Lencana Seroja, 1976
* Honor Graduate IOAC, USA, 1983
* Satya Lencana Dwija Sista, 1985
* Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
* Dosen Terbaik Seskoad, 1989
* Satya Lencana Santi Dharma, 1996
* Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
* Satya Lencana United Nations Transitional Authority in Eastern Slavonia, Baranja, and Western Sirmium (UNTAES), 1996
* Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
* Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
* Wing Penerbang TNI-AU, 1998
* Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
* Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
* Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
* Bintang Dharma, 1999
* Bintang Maha Putera Utama, 1999
* Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
* Bintang Asia (Star of Asia), 2005, oleh BusinessWeek
* Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama, 2006, oleh Sultan Brunei
* Doktor Honoris Causa, 2006, oleh Universitas Keio
* Darjah Utama Seri Mahkota, 2008, oleh Yang DiPertuan Agong Tuanku Mizan Zainal Abidin
Sumber :
- wikipedia.org
- Presidensby.info
-pemiluindonesia.com
Muhammad Jusuf Kalla
Jusuf Kalla lahir di Watampone, Sulawesi Selatan pada 15 Mei 1942 . Dia mendapat kesempatan menjabat menteri sebelum akhirnya tokoh yang berpenampilan bersahaja ini maju sebagai seorang kandidat calon wakil presiden 2004.
Peluang Kalla cukup terbuka menjadi calon presiden, terutama setelah Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan calon presiden dari Partai Golkar tidak harus ketua umumnya. Namun terbuka bagi semua kader Partai Golkar untuk diseleksi menjadi calon presiden. Segera gayung bersambut. Beberapa nama kemudian muncul ke permukaan. Salah satu nama yang paling mencuat saat itu adalah Muhammad Jusuf Kalla, kader Golkar yang tengah menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Kabinet Gotong-royong.
Bebepara pengamat dan kader Golkar pun menilai, pengusaha sukses dan berpenampilan simpatik, ini sangat berpeluang memenangkan persaingan calon presiden dari Partai Golkar. Meskipun, pria yang juga anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat ini menolak sempat menolak membicarakan persolan tersebut.
Sebelum didaulat sebagai menteri pada pemerintahan Megawati, dia dipercaya memimpin Departemen Prindustrian dan Perdagangan. Kendati hanya enam bulan pada masa pemerintahan Gus Dur. Kalla bersama Meneg BUMN Laksamana Sukardi dipecat dengan alasan yang tidak jelas.
Awalnya alasan pemecatannya disebut karena keduanya tidak bisa bekerjasama dengan tim ekonomi lainnya. Kemudian dalam rapat tertutup dengan DPR, Gus Dur menyebut alasan pemberhentiannya karena KKN. Namun semua tuduhan itu dibantah Jusuf Kalla dan Laksamana Sukardi. Dan Gus Dur sendiri tak bisa membuktikannya.
Pemecatan kader Golkar dan kader PDIP ini diyakini banyak pihak sebagai kesalahan politik terbesar Gus Dur, yang secara langsung berpengaruh pada proses politik yang bermuara pada tergulingnya Gus Dur dari singgasana Presiden.
Selain kiprhnya di bilang politik, dia juga sukses meletakkan kerangka perdamaian di daerah konflik Poso dan Ambon. Melalui pertemuan Malino I, dia berhasil meredakan konflik di Poso. Kalla pun kemudian memprakarsai pertemuan Malino II.
Dalam pertemuan ini, dia bisa mengajak kelompok Islam dan Kristen yang bertikai di Ambon untuk menghentikan pertikaian.
Kalla Sebagai Penakluk Krisis
Muhammad Jusuf Kalla memang dilahirkan untuk bergelut dengan dunia krisis, Hal ini dibuktikan dengan tangan dinginnya yang mampu menyingkirkan berbagai kesulitan dan menyelamatkan bisnis keluarganya.
Dan kepiawaiannya itu berulang pada usia bekepala enam, tangannya masih bertuah mengantarkan perdamaian di Poso dan Ambon.
Dengan merendah, ia mengatakan upayanya dalam perjanjian Malino adalah sebagian dari tugasnya sebagai seorang menteri, pembantu presiden, dan untuk mengatasi masalah konflik dan kesejahteraan rakyat.
Dia melihat konflik dan perselisihan akan menyebabkan kemiskinan, baik dalam bentuk materi ataupun non materi. Sehingga, kepada mereka yang bertikai, harus diberikan kesadaran untuk menghentikan konflik dengan cara damai bukan melalui perang.
Kendati ia yakin bahwa konflik di Maluku bukanlah konflik agama, tapi awalnya dipicu oleh persoalan ekonomi. Bahwa akhirnya tampak sentimen agamanya yang dominan, menurutnya, itu karena orang tidak menelisiknya dari awal.
Dalam menangani konflik Poso dan Ambon, kalla termasuk berani mempersalahkan kedua belah pihak. Ia tidak hanya memuji dan membujuk mereka yang bertikai. Bahkan, “saya marah kepada keduabelah pihak itu,” katanya tulus.
Mengenai keyakinannya bahwa konflik Ambon bukan dipicu oleh urusan agama melainkan urusan ekonomi, ia mengatakan, sebanyak 75 persen konflik di dunia ini gara-gara masalah ketidakadilan dan kemiskinan.
Itulah sebabnya sebagian besar konflik terjadi di negara-negara yang tingkat pendapatan per kapitanya rendah, seperti Malaysia, Filipina, India, atau Sri Lanka.
Mengenai bidang tugasnya sebagai Menko Kesra. Sesaat setelah dilantik 19 Juli 2001, Kalla mengatakan tujuan kita berbangsa dan bernegara ialah kesejahteraan rakyat (kesra). Akan tetapi, katanya, janganlah selalu memaknakan kesra itu dalam konteks bencana: gempa bumi, longsor, banjir dan gelombang pengungsian. Kesra yang dia maksudkan, jauh lebih luas dari itu, yakni membangun cita-cita berbangsa yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Dia juga menekankan masalah kebersihan aparat, di lingkungan kerja Menteri Koordinator Kesra. “Aparat yang korup, mengomersialkan jabatan, KKN, atau melakukan tindak kejahatan lainnya, tidak akan saya tolerir. Saya pun akan mengajak aparat menciptakan suasana kondusif, misalnya dengan meningkatkan solidaritas pada golongan ekonomi lemah. Solidaritas itu, misalnya, bisa berupa mengurangi kebutuhan sekunder dan tersier,” janji menteri yang berlatarbelakang pengusaha sukses ini.
Secara politik ia juga dikenal tidak hanya bisa berkomunikasi dengan teman-teman separtainya. Ia bisa diterima di berbagai kelompok kepentingan. Ia bukan politisi sektarian. Ia seorang pengusaha dan politisi negarawan.
Namun, ia pernah juga diisukan aktip dalam diskusi pembentukan kaukus Islam. “Ini perlu diluruskan. Pertemuan itu bukanlah kaukus. Kami cuma berdiskusi agar tokoh-tokoh Islam dapat memahami berbagai masalah secara fair dan mendalam. Pers yang sibuk sendiri, menafsirkan terlalu jauh, sama dengan isu darurat militer di Ambon. Padahal, kami tak merasa membicarakan itu,” kata tokoh berlatarbelakang pengurus masjid, HMI, KAHMI dan ICMI ini.
Ia memang dikenal sebagai seorang anak bangsa, penganut agama Islam, yang berjiwa kebangsaan. Itulah sebabnya ia bisa dengan berani berbicara dengan kelompok-kelompok bertikai di Poso dan Ambon. Ia tidak berpihak kepada salah satu kelompok. Keikhlasan dan kejujurannya sudah dikenal oleh masyarakat setempat. Ia orang yang biasa menghargai orang lain, termasuk orang yang berbeda pandangan dan keyakinan dengannya.
Dari kecil ia memang sudah diasuh orang tuanya untuk hidup jujur dan menghargai orang lain. “Prinsip yang ditanamkan oleh orangtua saya sebenarnya sangat sederhana, yaitu menjadi orang yang bekerja sebaik-baiknya (bekerja keras), jujur dan menghormati orang lain. Salah satu dari sikap jujur itu adalah tidak menjadi orang yang melupakan janji atau mencederai janji.
Ayahnya, H Kalla, seorang pengusaha. Usaha yang dirintis orang tuanya ini kemudian berkembang di tangan generasi keduanya yang dinakhodai Jusuf Kalla. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967, ini dari sejak usia muda memang sudah sering diikutsertakan dalam usaha, membantu orangtua. Sehingga ia dapat mengerti persoalan dalam dunia usaha.
Dalam dunia usaha, ia juga telah dididik untuk menjadi orang yang ulet, jujur, memperhatikan langganan, mempunyai visi ke depan dalam menjalankan usaha bersama karyawan-karyawan yang lain. Itulah yang mengantarkannya mampu mengendalikan sejumlah perusahaan di antaranya sebagai Direktur Utama NV. Hadji Kalla, PT Bumi Karsa, PT. Bumi Sarana Utama, PT. Kalla Inti Karsa dan Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International dan PT. Bukaka Teknik Utama sampai tahun 2001 sebelum ia menjadi menteri
Nama :
Drs. H. M Jusuf Kalla
Lahir:
Watampone, 15 Mei 1942
Jabatan Kenegaraan:
Wakil Presiden RI (2004-2009)
Menteri Koordinator Kesejahteraan Sosial Kabinet Gotong Royong (2001-2004)
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Persatuan Nasional (1999-2000)
Isteri:
Ny. Mufidah Jusuf (Lahir di Sibolga, 12 Februari 1943)
Anak:
1. Muchlisa Jusuf,
2. Muswirah Jusuf,
3. Imelda Jusuf,
4. Solichin Jusuf,
5. Chaerani Jusuf.
Pendidikan :
Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin Makasar, 1967
The European Institute of Business Administration Fountainebleu, Prancis (1977)
Pekerjaan
Agustus 2001 - 2004 : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
1999 - 2000 : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI
1968 - 2001 : Direktur Utama NV. Hadji Kalla
1969 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Karsa
1988 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Teknik Utama
1988 - 2001 : Direktur Utama PT. Bumi Sarana Utama
1993 - 2001 : Direktur Utama PT. Kalla Inti Karsa
1995 - 2001 : Komisaris Utama PT. Bukaka Singtel International
Organisasi
2000 - sekarang : Anggota Dewan Penasehat ISEI Pusat
1985 - 1998 : Ketua Umum KADIN Sulawesi Selatan
1994 - sekarang : Ketua Harian Yayasan Islamic Center AI-Markaz
1992 - sekarang : Ketua IKA-UNHAS
1988 - 2001 : Anggota MPR-RI
2004-2009: Ketua Umum DPP Partai Golkar
Alamat Kantor:
Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat
Alamat Rumah:
Jl. Brawijaya Raya No. 6 Jakarta Selatan
Sumber :
okezone.com
tokohindonesia.com
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Ia raja yang dikenal dekat dengan rakyatnya. Menurutnya, keberpihakan pada rakyat itu harus dilakukan sebagai suatu panggilan. Raja yang demokrat ini berperan penting dalam bergulirnya reformasi dengan deklarasi Ciganjur bersama Gus Dur, Megawati dan Amien Rais. Namun, ia kini gelisah melihat petinggi negeri ini yang tidak bersikap kesatria mau mengakui kesalahan jika memang bersalah. Priyai agung yang merakyat ini menjadi salah seorang kandidat Presiden pada Pemilu 2004.
Lahir dengan nama Bendoro Raden Mas Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946. Setelah dewasa bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram. Lulusan Fakultas Hukum UGM ini dinobatkan sebagai raja di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19 Rajab 1921) mengantikan ayahnya, Sri Sultan HB IX yang meninggal di Amerika, Oktober 1988. Kemudian menjabat Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak 3 Oktober 1998.
Aktif dalam berbagai organisasi yaitu ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996 diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.
Nama:
Sri Sultan Hamengku Buwono X
Nama Asli:
Bandoro Raden Mas (BRM) Herdjuno Darpito
Lahir:
Yogyakarta, 2 Maret 1946
Agama:
Islam
Ayah:
Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Istri:
Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas
Anak:
1. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurmalita Sari
2. Gusti Raden Ayu (GRAy) Nurma Gupita
3. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurkamnari Dewi
4. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nurabra Juwita
5. Gusti Raden Ajeng (GRAJ) Nur Astuti Wijareni
Pendidikan:
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Pekerjaan:
- Anggota MPR sejak Tahun 1992
- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak 3 Oktober 1998 – Sekarang
- Sri Sultan Hamengku Buwono X, dinobatkan 7 Maret 1989
Karya Ilmiah:
- Kerangka Konsepsi Politik Indonesia (1989)
- Bercermin Di Kalbu Rakyat (1999)
Megawati Sukarnoputri
Nama: Megawati
Nama Lengkap: Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri
Tempat/Tgl. Lahir: Yogyakarta, 23 Januari 1947
Agama: Islam
Karir:
* Anggota DPR/MPR RI (1987-1992)
* Anggota DPR/MPR RI (1999)
* Wakil Presiden RI (1999- 2001)
* Presiden RI (2001 - 2004)
Pendidikan:
* SD s/d SMA Perguruan Cikini
* Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (1965-1967)
* Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972)
Organisasi:
* Ketua PDI Cabang Jakarta Pusat (1987-1992)
* Ketua Umum DPP PDI (1993 - 1998)
* Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (1998-2003)
Prabowo Subianto
Nama: Prabowo Subianto
Lahir: Jakarta, 17 Oktober 1951
Agama: Islam
Pendidikan:
SMA: American School In London, U.K. (1969)
Akabri Darat Magelang (1970-1974)
Sekolah Staf Dan Komando TNI-AD
Kursus/Pelatihan:
Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1974)
Kursus Para Komando (1975)
Jump Master (1977)
Kursus Perwira Penyelidik (1977)
Free Fall (1981)
Counter Terorist Course Gsg-9 Germany (1981)
Special Forces Officer Course, Ft. Benning U.S.A. (1981)
Jabatan:
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (1996-1998)
Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (1998)
Komandan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (1998)
Jabatan Sekarang:
Ketua Umum HKTI periode 2004-2009
Komisaris Perusahaan Migas Karazanbasmunai di Kazakhstan
Presiden Dan Ceo PT Tidar Kerinci Agung (Perusahaan Produksi Minyak Kelapa Sawit), Jakarta, Indonesia
Presiden Dan Ceo PT Nusantara Energy (Migas, Pertambangan, Pertanian, Kehutanan Dan Pulp) Jakarta, Indonesia
Presiden Dan Ceo PT Jaladri Nusantara (Perusahaan Perikanan) Jakarta, Indonesia
Ir. Akbar Tandjung
Biografi
Nama : Ir. Akbar Tandjung
Lahir : Sibolga, 14 Agustus 1945
Agama : Islam
Isteri : Dra. Krisnina Maharani, Msi (Solo, 5 April 1960)
Anak :
- Fitri Krisnawati
- Karmia Krissanty
- Triana Krisandini
- Sekar Krisnauli
Riwayat Hidup
Pendidikan
- SR Muhammadiyah,Sorkam, Tapanuli Tengah
- SR Nasrani, Medan Tamat
- SMP Perguruan Cikini, Jakarta, Tamat
- SMA Kanisius, Jakarta Tamat
- Perguruan Tinggi Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tamat
Organisasi
- 1966, Aktif dalam gerakan mahasiswa pada saat pengganyangan G 30 S PKI melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Universitas Indonesia (KAMI- UI) dan LASKAR AMPERA Arief Rahman Hakim
- 1967-1968, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
- 1968, Aktif dalam Dewan Mahasiswa UI dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI sebagai Ketua Mapram UI
- 1969-1970, Ketua Umum HMI Cabang Jakarta
- 1972-1974, Ketua Umum Pengurus Besar HMI
- 1972, Ikut Mendirikan Forum Komunikasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter (GMNI, PMKRI, PMII, GMNI, HMI) dengan nama Kelompok Cipayung
- 1973, Ikut Mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
- 1978-1981, Ketua Umum DPP KNPI
- 1978, Ikut Mendirikan Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI)
- 1978-1980, Ketua DPP Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI)
- 1983-1988, Wakil Sekretaris Jenderal DPP GOLKAR
- 1998 s/d 2004, Ketua Umum DPP Partai GOLKAR
Penghargaan / Tanda Jasa
- 1992, Memperoleh Penghargaan Bintang MahaputraAdi Pradana dari Pemerintah RI
- 1996, Memperoleh Penghargaan Kruis in de Orde van Oranje Nassau dari Pemerintah Belanda
- 1998, Memperoleh Bintang Republik Indonesia dari Pemerintah RI
Aktifitas
Pengalaman di Pemerintahan :
- 1988-1993, Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga Kabinet Pembangunan V
- 1993-1998, Menteri Negara Perumahan Rakyat Kabinet Pembangunan VI
- 1998, Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman Kabinet Pembangunan VII
- 1998-1999, Menteri Sekretaris Negara Kabinet Reformasi Pembangunan
Pengalaman Internasional :
- 1972, Mengikuti Asia and Pacific Students Leaders Program Departement of State, USA
- 1974, Mengikuti pertemuan Majelis Pemuda se Dunia (World Assembly of Youth) di Nakhadka, Rusia
- 1988, Memimpin Delegasi Indonesia dalam pertemuan Menteri Olah Raga sedunia di Moskow
- 1990, Memimpin Delegasi Indonesia dalam Dialog Malaysia-Indonesia (Malindo), Kuala Lumpur
- 1995, Mengikuti Seminar Federasi Real Estat Sedunia (FIABCI) di Paris, Perancis
- 1996, Mengikuti Kongres Habitat II di Nairobi, Afrika
- 1998, Mengikuti KTTASEAN di Hanoi
- 1999, Memimpin Delegasi untuk Mengikuti Sidang International Parliament Union (IPU) di Yordania
- 2000, Memimpin Delegasi pada Sidang Inter-parliamentary Union (IPU) di Jakarta
- 2000, Memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Singapura
- 2001, Memimpin Delegasi pada Konferensi Ketua-Ketua Parlemen Sedunia di New York, AS
- 2001, Memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Thailand
- 2002, Memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Vietnam
Karir
Karir di DPR/MPR RI :
- 1977-1988, Anggota FKP DPR RI Mewakili Propinsi Jawa Timur
- 1982-1983, Wakil Sekretaris FKP DPR RI
- 1987-1992, Sekretaris FKP-MPR RI, Anggota Badan Pekerja MPR RI
- 1992-1997, Sekretaris FKP MPR RI, Anggota Badan Pekerja MPR RI
- 1997-1998, Wakil Ketua FKP MPR RI
- 1997-1999, Wakil Ketua Fraksi FKP MPR RI, Wakil Ketua PAH II Badan Pekerja MPR RI
- 1999-2004, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI
Riwayat Pekerjaan
- Menteri Negara Kementerian Pemuda dan Olahraga (1988-1993)
- Menteri Negara Perumahan Rakyat (1993-1998)
- Menteri Negara Perumahan dan Pemukiman (1998)
- Menteri Sekretaris Negara (1998-1999)
- Ketua DPR periode 1999-2004
Mengenal Akbar Tandjung Lebih Dekat
Ini dia politisi kawakan itu. Tetap gagah perkasa meski digasak lawan-lawan politiknya. Naluri politiknya terus mengalir meski tidak lagi duduk sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Setidaknya, itu mewujud dalam sebuah lembaga yang didirikan bersama teman-temannya yang kemudian diberi nama Akbar Tandjung Institute. Lembaga ini ia dirikan tak berapa lama setelah berhasil meraih gelar doktor ilmu politik dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Akbar mendambakan lembaga yang dibentuknya itu menjadi wadah tempat belajar sosial-politik yang bersih. Pelbagai kegiatan seperti diskusi, penerbitan buletin, pendidikan dan pelbagai pencerahan politik lainnya mengisi agenda kegiatan di lembaga ini.
Sementara itu, disertasinya yang berjudul “Partai Golkar dalam Pergolakan Politik Era Reformasi: Tantangan dan Respons” mendapat predikat cum laude. Tentu, ini sebuah pencapaian yang luar biasa. Dalam disertasinya itu, Akbar menuangkan ulasannya bagaimana Partai Golkar mampu bertahan di antara hujatan dan ancaman pembubaran dan transisi politik tak menentu. Prestasi akademisnya itu menegaskan kepiawaian Akbar di ranah yang lainnya, ranah akademis.
Berjiwa pemimpin
Ketua DPR RI periode 1999-2004 ini memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) Medan. Pernah juga mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah Sorkam Tapanuli Selatan. Dari Medan Akbar hijrah ke Jakarta, setamat SR. Di Ibu Kota ini Akbar melanjutkan pendidikannya. SMP Perguruan Cikini Jakarta dan SMA Kanisius Jakarta adalah sekolah tempat Akbar menempuh pendidikan lanjutannya
Setamat SMA, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) menjadi pilihan pendidikan Akbar untuk jenjang pendidikan tingginya. Dari sinilah langkah karir politik Akbar mulai bersemi. Dimulai pada 1996, saat Akbar mulai aktif dalam gerakan mahasiswa, tepatnya pada saat pengganyangan G 30 S PKI, Akbar mulai aktif dalam gerakan mahasiswa melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Universitas Indonesia (KAMI- UI) dan LASKAR AMPERA Arief Rahman Hakim. Berikutnya, tahun 1967-1968, Akbar terpilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Lalu pada 1968, Akbar aktif dalam Dewan Mahasiswa UI dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI sebagai Ketua.
Seiring bertambahnya tahun, bertambah pula pengalaman organisasi Akbar. Pada 1969-1970, Akbar duduk sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta. Dua tahun kemudian, 1972-1974, kursi Ketua Umum Pengurus Besar HMI berada di pundaknya.
Kesibukannya sebagai Ketua Umum PB HMI tak membuatnya menutup mata untuk aktif di organisasi lainnya. Maka, pada 1972, Akbar ikut mendirikan Forum Komunikasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter (GMNI, PMKRI, PMII, GMNI, HMI) dengan nama Kelompok Cipayung.
Berikutnya, pada 1973, Akbar ikut mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dan pada 1978-1981, Akbar menjadi Ketua Umum DPP KNPI.
Pada tahun yang sama, 1978, Akbar ikut mendirikan Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI). Dan selanjutnya, pada 1978-1980, Akbar didaulat menjadi Ketua DPP Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI).
Pergumulannya dan juga prestasi gemilangnya memimpin banyak organisasi menjadi jalan mulus baginya untuk melaju berkarir di jalur politik. Maka, pada 1983-1988, Akbar dipercaya menduduki posisi Wakil Sekretaris Jenderal DPP GOLKAR.
Dalam perjalanannya, nama Akbar kian menjulang ketika ia duduk di kursi DPR/ MPR RI. Rentang waktu antara 1997-2004 Akbar malang melintang di kursi wakil rakyat itu. Dimulai pada 1977-1988, Akbar menjadi Anggota FKP DPR RI mewakili Propinsi Jawa Timur. Lalu pada 1982-1983, posisinya melesat naik sebagai Wakil Sekretaris FKP DPR RI.
Berikutnya, pada 1987-1992, karirnya merambah ke kursi MPR RI dengan posisi sebagai Sekretaris FKP-MPR RI dan Anggota Badan Pekerja MPR RI. Di posisinya ini ia bertahan hingga periode berikutnya, 1992-1997.
Karirnya di pemerintahan terus merangkak naik pada tahun-tahun berikutnya. Dari posisinya sebagai Sekretaris di FKP MPR RI, selanjutnya Akbar duduk sebagai Wakil Ketua FKP MPR RI dan Wakil Ketua PAH II, pada 1997-1998.
Dari kursi wakil rakyat, selanjutnya Akbar melenggang ke pusat kekuasaan. Pengalamannya di lembaga pemerintahan dimulai pada 1988-1993. Pada rentang waktu ini Akbar duduk sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga di Kabinet Pembangunan V.
Berikutnya, pada 1993-1998, Akbar duduk sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat, yaitu pada Kabinet Pembangunan VI. Pada 1998 Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman. Kabinet Pembangunan VII. 1998-1999 Menteri Sekretaris Negara, Kabinet Reformasi Pembangunan.
Tahun 1999 Akbar terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar. Maka, jabatan sebagai Mensesneg yang disandangnya saat itu dilepas. Puncak karirnya sebagai wakil rakyat terjadi pada 1999-2004 ketika Akbar duduk sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Segenap karir dan pengalaman panjang organisasi Akbar, barangkali tak terlalu berlebihan jika, seperti dilansir Denny JA dalam situs www.lsi.co.id, saat ini tak ada figur politik yang sehebat Akbar Tandjung. Terlebih jika itu semata dilihat dari leadership dan kapabilitas memimpin partai.
Akbar, tulis situs itu lebih lanjut, memimpin Golkar di saat yang sulit. Bahkan dirinya sendiri terkena kasus hukum. Kesediannya berkorban untuk kasus Bulog jilid 2, serta kerajinannya turun ke daerah, membuat Golkar dapat bertahan.
Pengalaman internasional
Kiprah Akbar di berbagai organisasi meluas hingga ke jalur internasional. Pengalaman internasionalnya dimulai pada tahun 1972. Pada tahun ini Akbar mengikuti Asia and Pacific Students Leaders Program-Departement of State USA yang berlangsung selama tiga bulan.
Lalu pada 1974, Akbar kembali dengan pengalaman internasional lainnya. Pada tahun ini Akbar mengikuti pertemuan Majelis Pemuda se Dunia (World Assembly of Youth) di Nakhadka, Rusia.
Pada 1988, Akbar memimpin Delegasi Indonesia dalam pertemuan Menteri-Menteri Olah Raga se-Dunia di Moskow. Dua tahun berikutnya, tahun 1990, Akbar memimpin Delegasi Indonesia dalam Dialog Malaysia Indonesia (Malindo), di Kuala Lumpur.
Tahun 1995, Akbar mengikuti Seminar Federasi Real Estat Sedunia (FIABCI), di Paris, Perancis. Setelah satu tahun dari Paris, pada 1996, Afrika menjadi tempat pengalaman internasional Akbar berikutnya. Di negara ini Akbar mengikuti Kongres Habitat II di Nairobi, Afrika.
Pengalaman internasionalnya berlanjut di Hanoi saat mengikuti KTT ASEAN pada 1998. Satu tahun berikutnya, Yordania menjadi tempat pengalamannya berikutnya. Pada 1999, Akbar memimpin Delegasi untuk Mengikuti Sidang International Parliament Union (IPU) di Yordania, Oktober.
Pada 2000, Akbar memimpin Delegasi pada Sidang Inter-parliamentary Union (IPU) di Jakarta. Pada tahun yang sama Akbar memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Singapura.
Tahun 2001, Akbar memimpin Delegasi pada Konferensi Ketua-Ketua Parlemen Se-Dunia, di NewYork. Juga memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Thailand pada tahun yang sama. Dan, pada 2002, Akbar memimpin Delegasi pada Sidang AIPO di Vietnam.
Penghargaan dan kehidupan pribadi
Buah dari kiprahnya di banyak organisasi mengantarkan Akbar memperoleh banyak penghargaan. Pada 1992 Akbar memperoleh Penghargaan Bintang Mahaputra Adi Pradana dari Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya, pada 1996, Akbar memperoleh Penghargaan Kruis in de Orde van Oranje-Nassau dari Pemerintah Kerajaan Belanda. Lalu, pada 1998, Akbar memperoleh Bintang Republik Indonesia dari Pemerintah Republik Indonesia.
Dari pernikahannya dengan Krisnina Maharani dianugerahi empat orang anak, semuanya perempuan: Fitri Krisnawati, Karmia Krissanty, Triana Krisandini, dan Sekar Krisnauli.
(fin/ Diolah dari berbagai sumber)
Letjen TNI (Purn) DR (HC) H Sutiyoso, SH
BIODATA :
Nama: LETJEN TNI (PURN)DR(HC) H SUTIYOSO, SH
Lahir: Semarang, 6 Desember 1944
Agama : Islam
Jabatan : Gubernur DKI Jakarta 1997-2007
Pangkat Militer terakhir: Letnan Jenderal TNI
Istri: Setyorini (Menikah 1974)
Anak:
- Yessy Riana Dilliyanti
- Renny Yosnita Ariyanti
Ayah: Tjitrodihardjo
Ibu: Sumini
PENDIDIKAN :
- Sekolah Dasar, 1955
- Sekolah Menengah Pertama, 1959
- Sekolah Menengah Atas, 1963
- Fakultas Tekhik Jurusan Teknik Sipil, Untag Semarang, 1964 (hanya satu tahun)
- Akademi Militer Nasional, Magelang, 1968
- Kursus Sussarcab, 1969
- Kursus Suslapa Infantri, 1978
- Pendidikan Seskoad, 1984
- Pendidikan Seskogab, 1990
- Kursus Lemhanas, 1994
- Doktor Kehormatan (Honoris Causa) Bidang Ilmu Politik, dari Universitas Busan, Korea Selatan, tahun 2001
PENUGASAN MILITER :
- Operasi PGRS/Paraku (1969)
- Operasi Flamboyan, Timtim (1975)
- Operasi Aceh Merdeka (1978)
KARIR :
- Asisten Personel Kopassus, 1988
- Asisten Operasi Kopassus, 1990
- Asisten Operasi Kepala staf ” Kostrad, 1991
- Wakil Komandan Jenderal Kopassus, 1992
- Komandan Korem 062 Suryakencana, Bogor, 1993
- Kepala Staff Kodam Jaya, Maret, 1994
- Pangdam Jaya, April 1996
- Gubernur DKI Jakarta, 1997-2002
- Gubernur DKI Jakarta, 2002-2007
PENUGASAN LUAR NEGERI :
- Ke Republik Korea Tahun 1982
- Ke Kerajaan Inggris, menjalani on the job training di Airbone, . 1987
- Ke Australia 1989 o Ke Amerika Serikat tahun 1991, menjalani latihan loncat terjun payung bersama tentara Amerika di Fortbragg
ORGANISASI OLAHRAGA :
- Ketua Pelaksana Harian Perbakad
- Ketua Umum PB PERBAKIN, 1997 s/d 2001
- Pembina Persija Jakarta, hingga saat ini
- Ketua Umum PB PERBASI, sampai 2004
- Ketua Umum Damai Indan Golf
- Ketua Umum Independent Golf
- Ketua Umum PB PBSI, 2004-2008
ORGANISASI PEMERINTAHAN :
- Gubernur DKI Jakarta
- Ketua Umum Asosiasi Pemerintahan Propinsi Seluruh Indonesia
PENGHARGAAN :
- COM VIII / Dharma Pala
- Seroja
- Kesetiaan VIII Tahun
- Penegak G 30S PKI
- Kesetiaan XVI Tahun
- Dwija Sistha Kesetiaan XXIV Tahun
- Bintang Kep. Narayya
- Satyalancana Mahaputera Utama
- The Award of Honor of The Presdent of Ukraina
- Manggala Karya Kencana
- Satyalancana Wira karya
- Penghargaan sebagai Danrem Terbaik se-Indonesia, 1994
- Penghargaan sebagai “Gubernur Pembuat berita Terpopuler Indonesia 2002″
- Penghargaan “satu-satunya Gubernur di Indonesia yang Mengalami Lima Kali Pergantian Presiden”, dari Museum Rekor Indonesia (MURI), tahun 2004, “Habitat Scroll of Honour Award 2005″ dari UN Habitat.
HOBBY :
- Bulutangkis, Tenis, Golf, Menembak, Basketball, dan Sepakbola.
Masa Kecil Sutiyoso
Sutiyoso dilahirkan pada tanggal 6 Desember 1944 di sebuah dusun kecil bernama Pongangan yang terletak di daerah perbukitan di Jawa Tengah, sekitar 12 km dari kota Semarang. Kedua orang tuanya, Tjitrohardjo dan Sumini, memberikan nama tersebut karena Yoso, dalam bahasa Jawa bermakna memiliki atau kaya. Ayahnya mengharapkan agar anaknya kelak dapat mempertahankan kemapanan kehidupan keluarga mereka, bahkan bisa lebih baik lagi sesuai dengan tantangan jaman.
Di tempat kelahirannya itu, anak keenam dari delapan bersaudara ini menjalani masa kecilnya, dimana setiap hari, selain hari libur, ayahnya mendidik dan mengajar anak-anak desa yang ada di dusun Pongangan dan sekitarnya. Kebetulan memang ayah Sutiyoso adalah seorang Kepala Sekolah, sekaligus guru Sekolah Dasar di Pongangan.
Sutiyoso cilik memang dikenal sebagai anak yang bandel. Secara tak sengaja ia selalu berhasil membuat marah ayahnya, apakah karena ia secara teledor bermain-main menunggangi kudanya padahal ia sendiri belum terlalu jago menguasainya, atau sampai menjual kambing peliharaan demi membeli sebuah layang-layang. Semua ini hanyalah sikap anak-anaknya yang senang bermain tanpa peduli akan konsekuensi yang dihasilkan.
Namun ayahnya merespon dengan keras terhadap perilaku anaknya yang bandel. Hukuman yang diterima Sutiyoso bermacam-macam, dari tidak boleh makan siang dan dikurung dalam kamar, sampai diikat di pohon besar untuk beberapa jam lamanya. Sebagai seorang pendidik pada masa pemerintahan Belanda dan Jepang, ayah Sutiyoso memang terkenal keras dalam mendidik anak-anaknya. Teringat oleh Sutiyoso, kala ia masih duduk di sekolah dasar. Saat pembagian rapor, ketika ayahnya melihat nilainya pas-pasan, Sutiyoso langsung mendapat hadiah spesial berupa hukuman.
Walaupun hukuman-hukuman tersebut cukup parah, sesekali ia juga sering dipukuli, Sutiyoso justru tidak kapok. Menjelang remaja ia malah tumbuh menjadi anak yang doyan berkelahi. Khusus untuk mengasah hobinya ini, Sutiyoso seringkali rajin berlatih bak seorang petinju profesional, dengan sansak yang terbuat dari karung berisi pasir.
Walau sikapnya pemberontak, namun tetap selepas SMA, Sutiyoso, seperti layaknya anak yang berbakti, menuruti kemauan orangtuanya dan pada tahun 1964 ia mendaftar ke Fakultas Teknik Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag). Pada masa itu memang dokter dan insinyur adalah profesi yang sangat dihormati dan identik dengan kesuksesan hidup, sehingga kebanyakan orangtua akan merasa bangga apabila melihat anak mereka dapat menjadi seorang dokter atau insinyur. Selain itu, ayah Sutiyoso, menuruti falsafah Jawa tentang kehidupan, ingin melihat anaknya terarahkan menjadi “orang” di kemudian hari.
Padahal sebenarnya Sutiyoso lebih memilih menjadi tentara, seperti kakaknya yang masuk Tentara Pelajar. Tapi karena kekhawatiran sang ibu yang mengatakan kalau menjadi tentara berarti cepat mati, maka Sutiyoso pun mengurungkan niatnya itu.
Selama masa-masanya kuliah, keinginannya untuk menjadi tentara semakin menggebu-gebu. Akibatnya, ia pun menjalani kuliahnya dengan setengah hati. Berangkat dari rumah penampilannya memang seperti remaja yang benar-benar ingin kuliah, namun sebenarnya tidak demikian. Hobi berkelahinya malah menjadi-jadi. Dia tetap kuliah, hanya karena tidak ingin mengecewakan ibunya.
Walau begitu, Sutiyoso tetap mengontemplasikan akan pilihannya dalam hidup. Apakah menuruti kemauan kedua orangtua untuk kuliah di Teknik Sipil meskipun ia tidak menikmatinya, atau menuruti kemauan hati dan pindah haluan menjadi tentara. Kekhawatiran ibunya memang dapat dimengerti karena ia sempat trauma mengetahui bagaimana tentara Indonesia disiksa oleh tentara Belanda. Ibunya mengatakan, cukup satu anaknya saja yang menjadi seorang marinir.
Tanpa diduga, kebetulan pada saat itu ada pembukaan pendaftaran AMN (Akademi Militer Nasional) di Magelang, Jawa Tengah. Akhirnya, ia telah membulatkan tekadnya. Ia akan menjadi seorang tentara. Sutiyoso nekad mendaftarkan diri dan mengikuti tes AMN, mulai dari tingkat Kodam Diponegoro. Lolos di tingkat Kodam, ia menjalani tes lanjutan di Bandung dan terakhir di Lembang (Bandung bagian Utara). Segala tes itu ia lakukan tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Akhirnya, Sutiyoso diterima sebagai Prajurit Taruna (Pratar). Baru pada saat itulah, sekembalinya ia ke Magelang, ia menyurati orangtuanya kalau ia diterima menjadi Pratar di AMN Magelang.
Sutiyoso akhirnya bertemu dengan orangtuanya ketika ia dilantik menjadi taruna. Tanpa diduga, ibunya justru malah menangis bahagia melihat anaknya telah berhasil menjadi sesuatu, melihat dengan gigih ia mewujudkan mimpinya. Sementara sang ayah juga merasa bangga karena didikan kerasnya membuat anaknya menjadi kuat dan mandiri.
Karier Militer
Merah Putih dan Petaruhan Nyawa di Pasukan Elit
Pada tahun 1971 Sutiyoso diwisuda menjadi seorang perwira muda TNI Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Dua. Itulah awal kebahagiaan setelah tiga tahun digembleng dengan keras di kawasan Gunung Tidar (kampus AMN-Akademi Militer Nasional) Magelang, Jawa Tengah.
Sutiyoso kemudian ditawari pilihan karier dan kesatuan yang diminatinya - melalui penelusuran bakat dan kemampuan. Karena tidak mau setengah-setengah, dan juga karena mengingat pesan orangtua yang mengatakan jangan tanggung-tanggung apabila melakukan sesuatu, Sutiyoso memilih kesatuan infantri di angket yang disediakan, yaitu kesatuan tempur yang berada di garis depan.
Setelah menjalani pendidikan di kesatuan infanteri, setiap perwira muda diberikan pilihan untuk memilih ke Kodam, Kopassus atau Infanteri. Sutiyoso sendiri memilih ke Kopassus, karena merupakan pasukan elit. Untuk menjadi anggota Kopassus ternyata tidak mudah. Seleksinya sangat ketat. Dia harus menjalani berbagai tes, sebelum diterima. Setelah lolos seleksi, Sutiyoso bersama 22 orang seangkatannya diterima sebagai anggota korps Baret Merah, Kopassus (Komando Pasukan Khusus).
Pada masa itu sosok Sutiyoso agak menonjol karena statusnya yang lajang. Sementara perwira muda lainnya telah menikah setelah dua tahun menjadi prajurit. Ia memberikan alasan supaya ia memiliki waktu lebih banyak untuk belajar, latihan dan menjalankan tugas sebagai seorang pasukan elit. Pada saat operasi militer di Sulawesi, Kalimantan dan Timor Timur, Sutiyoso bertugas membela negara tanpa mesti merisaukan keluarganya, karena nyawanya sendirilah yang menjadi taruhan. Tak Cuma itu, terkadang pimpinan kesatuan akan menunjuk Sutiyoso ketika ia sedang kesulitan mencari anggota pasukan khususnya dengan alasan ia masih lajang.
Namun Sutiyoso akhirnya juga menikah ketika ia telah menjadi Komandan Kompi dengan pangkat Kapten. Sutiyoso menyunting seorang gadis dari Jawa Tengah bernama Setyorini dan pada tahun 1974 mereka pun menikah. Pernikahan itu memberikannya dua anak perempuan.
Dili dan Kenangan Tak Terlupakan
Sebagai anggota pasukan elit, Sutiyoso banyak diterjunkan dalam berbagai operasi militer di daerah operasi. Seperti Operasi PGRS/PARAKU di Kalimantan Barat, Operasi Flamboyan dan Operasi Penumpasan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Daerah Istimewa Aceh (kini Nangro Aceh Darussalam), serta Operasi Seroja di Timor Timur. Namun, dari berbagai pengalaman dalam menumpas Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) atau gerakan separatis lainnya di daerah operasi, operasi di Timor Timur yang paling berkesan bagi Sutiyoso.
Di sanalah Sutiyoso mempertaruhkan karier dan nyawanya sebagai seorang pasukan elit Baret Merah. Ia menemukan medan operasi yang sangat berat, dan yang lebih berat lagi, musuhnya tak hanya bersembunyi di daerah pegunungan, tetapi juga berbaur dengan masyarakat setempat. Akibatnya cukup sulit membedakan antara masyarakat biasa, klandestein (mata-mata) dan anggota gerakan yang ingin merdeka.
Karena begitu terkesan dalam penugasan di Timor Timur, Sutiyoso pun menyelipkan nama kota Dilli, kini ibukota Timor Timur, diantara nama putri pertamanya, Yessi Riana Dilliyanti, yang lahir di Magelang, 8 Juni 1975.
Lima Jabatan Level Kolonel
Selain berbagai penugasan di daerah operasi, Sutiyoso juga sering dikirim mengikuti sekolah atau kursus di luar negeri. Antara lain ke Republik Korea (1982), Australia (1989) dan Amerika Serikat (1991).
Berbagai penugasan di daerah operasi, maupun mengikuti berbagai kursus militer, membuat Sutiyoso memiliki ilmu dan kelebihan lainnya dibandingkan rekan seangkatan atau perwira selevelnya. Hal itu membuat karier militer Sutiyoso lebih cemerlang dibandingkan rekan-rekan satu angkatan. Kenaikan pangkat Sutiyoso lebih cepat dari rekan seangkatannya sampai level Kolonel.
Namun, setelah itu, pangkatnya “macet” di Kolonel. Sutiyoso sampai mengalami lima jabatan level Kolonel selama enam tahun. Mulai dari menjadi Aspers (Asisten Personil) Kopassus, Asops (Asisten Operasi) Kopassus, Asops Kostrad, Wadanjen Grup Kopassus, hingga Danrem 062 Suryakencana Bogor.
Mandeknya pangkat kolonel itu, menurut Sutiyoso, karena tersumbatnya Angkatan ‘65. “Di angkatan tersebut ada Pak Tarub, Pak Soeyono dan lain-lain. Bila ada job dari angkatan Pak Tarub Cs, dioper lagi ke teman seangkatannya,” ungkap Sutiyoso.
Ini berbeda dengan Prabowo Subianto yang tidak ada sumbatan angkatan di atasnya, sehingga Wiranto pun satu angkatan dengan dengannya. Hal ini karena ketentuan Angkatan ‘65 sama dengan Angkatan ‘68. “Personil angkatan ‘65 itu 500 orang. Ibaratnya kita melempar sandal pun, akan jatuh ke kepala Angkatan ‘65,” ujar Sutiyoso.
Sukses Mengamankan KTT APEC
Setelah menjabat Danrem Suryakencana Bogor baru pangkat kolonel Sutiyoso “pecah telur”, menjadi Brigjen. Naiknya pangkat dan jabatan Sutiyoso itu, menurut rekan-rekanya, lebih karena prestasinya ketika menjadi Danrem 062 Suryakencana Bogor. Sutiyoso dinilai berhasil mengamankan pelaksanaan acara berskala internasional yang menjadi sorotan dunia, KTT APEC di Bogor pada tahun 1993. Ketika itu, para kepala negara dan kepala pemerintahan anggota APEC hadir, termasuk Presiden Amerika Serikat Bill Clinton.
Setahun kemudian (1994) setelah keberhasilannya, Sutiyoso menerima penghargaan sebagai Danrem Terbaik Se-Indonesia. Sejak Desember 1994, dia dipromosikan menjadi Kasdam Jaya di Jakarta dengan pangkat Brigjen. Sejak itu bintangnya terus bersinar. Dua tahun setelah itu, tepatnya 19 Maret 1996, Sutiyoso dipercaya menjadi Pangdam Jaya, posisi yang sangat strategis dari seluruh Pangdam di Indonesia.
Ketika ditanyai komentarnya soal keberhasilan mengamankan KTT APEC dan mendapatkan penghargaan sebagai Danrem terbaik se-Indonesia, Sutiyoso menjawab dengan rendah hati, “Saya hanya melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini, dan kebetulan ada momentum yang mendukung.”
Sutiyoso boleh jadi menunjukkan sikap rendah hati. Namun, sebelum event KTT APEC, dia baru saja lulus dari Lemhanas KRA XXVI-1993. Banyak teori yang diperolehnya selama kursus Lemhanas yang bisa langsung diterapkan untuk mensukseskan pengamanan KTT APEC.
Selain itu, penghargaan Danrem Terbaik juga bukan semata hanya keberhasilannya mengamankan KTT APEC. Tetapi juga karena keberhasilannya dalam menjaga stabilitas dan keamanan di daerah teritorialnya. Sebagai Danrem, Sutiyoso berhasil menjadi mediator dalam kasus Rancamaya, yaitu sengketa ganti rugi tanah antara masyarakat penggarap dengan PT Suryamas Duta Makmur. Kasus itu semula hanya terjadi secara lokal. Namun, karen penyelesaiannya lambat dan berlarut-larut, kasusnya tak kunjung tuntas dan berkembang menjadi isu nasional.
Sebagai pimpinan Badan Koordinasi Stabilitas Nasional Daerah (Bakorstanasda), Sutiyoso aktif mengambil peran penengah dalam kasus tersebut. la mengadakan kerja sama dengan Pemda Bogor dan instansi terkait. Bahkan Makodam 062 Suryakencana, Bogor, dijadikan tempat Tim Pemda Bogor, untuk mendekatkan Tim Pelaksana Seleksi dengan lokasi bermasalah. Yang membahagiakan Sutiyoso, kasus Rancamaya berakhir dengan manis. Sebanyak 387 petani penggarap mendapatkan yang menjadi tuntutan mereka, yakni uang ganti rugi tanaman sebesar Rp 153,34 juta.
Memperjuangkan Korps
Sebagai pemimpin, jelas terlihat bahwa Sutiyoso tidak mementingkan kariernya saja. Ketika menjabat Aspers Kopassus, misalnya, ia tidak habis pikir mengapa banyak personil Kopassus yang gagal masuk Seskoad (Sekolah Staf dan Komandi TN Angkatan Darat). Sepintar apa pun perwira di Kopassus, menurut Sutiyoso, jarang ada yang langsung lolos. Sintong Panjaitan dan Sofyan Effendi misalnya, harus dua kali tes baru lolos, sama seperti dirinya.
Setelah mencermati dan menelusuri, Sutiyoso akhirnya menemukan jawabannya. Kegagalan personil Kopassus kebanyakan di psikotes. “Soalnya orang Kopassus itu biasa latihan keras dan ketat secara fisik di medan operasi. Dalam keadaan seperti itu, lalu disuruh mengikuti tes. Jelas, secara psikologis tidak siap mental. Tapi yang tidak pernah bertempur, seperti orang-orang perhubungan, Zeni dan lainnya, bisa lebih konsentrasi dan secara mental lebih siap,” ungkap Sutiyoso.
Dari pengamatan itu, Sutiyoso lalu menghadap Aspers KSAD. Sutiyoso lalu menjelaskan apa yang diamatinya dan memberikan solusi. Dia minta Aspers KSAD memberikan dispensasi kepada perwira-perwira Kopassus. Kalau tidak, bakal tidak ada pimpinan TNI yang berasal dari special forces, pasukan khusus. Padahal, di negara-negara maju, kebanyakan pimpinan militer berasal dari pasukan khusus. “Saya minta orang-orang ini diluluskan semuanya, karena prestasinya bagus,” ujar Sutiyoso ketika itu. Usahanya ternyata berhasil. Sebanyak 15 orang perwira Kopassus lulus masuk Seskoad.
Tak hanya itu. Setelah sukses memperjuangkan perwira Kopassus agar lebih banyak masuk ke Seskoad, Sutiyoso memperjuangkan kepentingan anak buahnya di korps “baret merah” untuk mendapatkan insentif dari setiap lencana/penghargaan yang mereka peroleh. Dia menilai insentif itu perlu. Kalau tidak, apa bedanya Kopassus dengan kesatuan lainnya. Akibatnya, bisa-bisa Kopassus tidak diminati.
Sutiyoso lalu menghadap Aspers KSAD lagi yang waktu itu dijabat oleh Sutopo Juwono, yang dikenal galak. Namun, Sutiyoso punya cara untuk “merayu”. “Pak, Bapak lihat wing saya,” kata Sutiyoso sambil menunjuk lencana wing yang melekat di atas kantong depan seragamnya. Sutiyoso menyarankan agar setiap wing penghargaan mendapat tunjangan Rp 10 ribu per bulan. Karena selama ini yang mendapat tunjangan hanya untuk mendapatkan wing satu bulan. Sedangkan wing komando yang untuk memperolehnya perlu waktu tujuh bulan, tidak mendapat tunjangan. “Kalau begitu sangat tidak adil, dong,” ujar Sutiyoso ketika itu.
Sutiyoso menambah dengan “bumbu-bumbu” lain, bahwa tunjangan itu tidak akan menghabiskan anggaran militer. Karena hanya segelintir orang yang mendapatkan wing komando. “Pantasnya wing komando ini mendapatkan tunjangan tujuh kali lipat. Tapi Bapak cukup memberi tiga puluh ribu saja setiap bulan sudah cukup,” kata Sutiyoso. “Jadi, apakah semua wing ada tunjangannya begitu?” tanya Sutopo Juwono. Sutiyoso dengan tegas mengiyakan. Hatinya begitu gembira, karena setelah itu semua wing atau lencana Kopassus mendapatkan tunjangan.
Pada kesempatan lain Sutiyoso menghadap Sutopo Juwono untuk memperjuangkan rekan-rekannya di korps baret merah, seperti Syahrir dan Agum Gumelar. Saking seringnya, Sutopo Juwono sampai berkata, “Aku ini kalau ketemu kamu, kepalaku jadi puyeng,” cerita Sutiyoso menirukan Sutopo Juwono.
H. Wiranto. SH
Nama : H. Wiranto. SH.
Tempat/Tgl Lahir : Yogyakarta, 4 April 1947
Agama : Islam
Isteri : Hj. Rugaiya Usman, SH
Anak : Amalia Sianti, Ika Mayasari, Zainal Rizky
Pendidikan
* Akademi Militer Nasional (AMN), 1968
* Universitas Terbuka, Jurusan Administrasi Negara, 1995
* Perguruan Tinggi Ilmu Hukum Militer, 1996
Pengalaman Jabatan
* Menkopolkam TMT 29-10-99
* Menhankam/Pangab TMT 16-03-98
* Pangab TMT 11-02-98
* Kasad TMT 07-06-97
* Pangkostrad TMT 29-10-99
* Pangdam Jaya TMT 01-11-94
* Kas Dam Jaya TMT 25-03-93
* Ajudan Presiden RI TMT 01-10-89
Pengalaman Organisasi
* HANURA (Partai Hati Nurani Rakyat), Ketua Umum
* Perhimpunan Kebangsaan, Ketua Dewan Pertimbangan Nasional
* Matla’ul Anwar, Ketua Dewan Amanat
* ICMI, Penasehat
* SOKSI, Penasehat
* PSSI, Ketua Dewan Pembina
* IDe Indonesia, Ketua Dewan Eksekutif
* PPMI, Ketua
* Paguyuban Kepala Desa dan Perangkat Desa (PRAJA), Pembina
* Paguyuban Warung Tegal, Ketua Dewan Pembina
* Paguyuban Spiritual Indonesia, Pembina
Tanda Jasa/ Penghargaan
* BT. Mahaputra Adipradana
* BT. Dharma
* BT. Yudha Dharma Putra
* BT. Kartika Eka Paksi Utama
* BT. Jalasena Utama
* BT. Swa Buana Paksa Utama
* BT. Bhayangkara Utama
* BT. Yudha Dharma Naraya
* BT. Kartika Eka Paksi Pratama
* BT. Veteran Timur Tengah
* BT. Kehormatan dari Spanyol
* BT. Kehormatan dari Australia
* BT. Kehormatan dari Belanda
* BT. Pingat Jasa Gemilang Singapura
* BT. Kehormatan Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang (DPKT) dari Brunai Darussalam
* BT. Darjah Panglima Mangku Negara (PMN) dari Pemerintah Malaysia
* BT. Kesetiaan XXIV Tahun
* BT. Penegak G-30-S/PKI
* BT. Seroja
* BT. Wirakarya
* BT. Dwija Sistha
* Manggala/Wirakarya Kencana
Hidayat Nur Wahid
Nama : DR. H.M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A
Lahir : Klaten, 8 April 1960
Agama : Islam
Jabatan : - Ketua MPR 2004-2009
- Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera
Isteri : Hj. Kastrian Indriawati
Anak : 1. Inayatu Dzil Izzati
2. Ruzaina
3. Alla Khairi
4. Hubaib Shidiqi
Pendidikan:
- SDN Kebondalem Kidul I, Prambanan Klaten, 1972
- Pondok Pesantren Walisongo, Ngabar Ponorogo, 1973
- Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, 1978
- IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta ( Fakultas Syari’ah), 1979
- Fakultas Dakwah & Ushuluddin Universitas Islam Madinah Arab Saudi, 1983
Judul Skripsi “ Mauqif Al-Yahud Min Islam Al Anshar”
- Program Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah Arab Saudi, jurusan Aqidah, 1987
Judul Skripsi “ Al Bathiniyyaun Fi Indonesia,”Ardh wa Dirosah”
- Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Medina, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuludiin, Jurusan Aqidah, 1992
Judul Diskripsi “Nawayidh lir Rawafidh Lil Barzanji, Tahqiq wa Dirosah”
Pekerjaan:
1. Dosen Pasca Sarjana Magister Studi Islam, UMJ
2. Dosen Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum, UMJ
3. Dosen Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Dosen Fakultas Ushuluddin (Program Khusus) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Dosen Pasca Sarjana Universitas Asy-Syafi’iyah, Jakarta
6. Ketua LP2SI (Lembaga Pelayanan Pesantren dan Studi Islam) Yayasan Al-Haramain, Jakarta
7. Dewan Redaksi Jurnal “Ma’rifah”
8. Ketua Forum Dakwah Indonesia
Organisasi:
- Anggota PII, 1973
- Andalan Koordinator Pramuka Gontor bidang kesekretariatan, 1977 – 1978
- Training HMI IAIN Yogyakarta, 1979
- Sekretaris MIP PPI Madinah, Arab Saudi, 1981 – 1983
- Ketua PPI Arab Saudi, 1983 – 1985
- Peneliti LKFKH (Lembaga Kajian Fiqh dan Hukum) Al Khairot
- Anggota Pengurus badan Wakaf Pondok Modern Gontor, 1999
Seminar dan Karya Ilmiah:
1. Menghadiri undangan MASG di IIlinois, AS, 1994 (Menyampaikan prasaran)
2. Menghadiri undangan International Islamic Student Organisation di Istambul, Turki, 1996
3. Seminar Internasional madrasah wak Tanjung Al-Islamiyyah, Singapore, 1998 (Menyampaikan makalah).
4. Menghadiri undangan Seminar International dari Moslem Association of Britain di Manchester dan London.
5. Seminar mahasiswa Indonesia di Malaysia, 1999 (Menyampaikan makalah).
6. Seminar Internasional dari LIPIA dari Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, di Jakarta (Menyampaikan makalah), 1999 bersama KH. Irfan Zidny, MA, Prof.Ismail Sunni dan KH. Abdullah Syukri Zarkasi, MA.
7. Menghadiri seminar Internasional di Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, bekerjasama dengan Universitas Imam Muhammad Saud, Jakarta 1999.
8. Menghadiri undangan festival nasional dan seminar internasional Janadriyah, Riyad, Arab Saudi (tahun 2000) bersama Prof. Dr. Nurcholis Madjid dan Prof. Dr. Amien Rais.
9. Menghadiri undangan seminar Perkembangan Islam di Eropa dari Islamiska Forbundet I Sverige, Stockholm, Swedia.
10. Berbagai seminar di dalam negeri
11. Membimbing dan menguji tesis master mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah dan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kata Pengantar buku-buku terjemahan:
• Prinsip-prinsip Islam untuk kehidupan oleh Prof. Sholeh Shawi
• Ensiklopedi Figh wanita oleh Prof. Abdul Karim Zaid (cetakan Rabbani Pres)
• Pengantar studi Islam oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• As-Sunnah sebagai sumber ilmu dan kebudayaan oleh Ust. Prof. Yusuf Al Qordhowi (cetakan Al-Kautsar)
• Fitnah Kubro, klarifikasi sikap para sahabat oleh Prof. Amhazun (cetakan Al-Haramain)
• Kajian atas kajian Hadits Misogini (dalam buku Feminisme)
• Tadabbur Surah Al Kahfi (dalam bulletin Tafakkur)
• Tadabbur Surah Yasin (dalam bulletin Tafakur)
• Editor terjemah tafsir Ibnu Katsir
• Menulis rubrik HIKMAH di harian REPUBLIKA
• Beberapa makalah diseminar-seminar
• Tajdid sebagai sebuah harakah (jurnal Ma’rifah)
• Revivalisme Islam dan Fundamentalisme sekuler dalam sorotan sejarah (dalam buku menggugat gerakan pembaharuan Islam)
• Inklusivisme Islam dalam literatur klasik (dalam jurnal Profetika)
Alamat :
Jl. H. Rijin No. 196, Jati Makmur, Pondok Gede, Bekasi
Kantor Pusat PKS
Gedung Dakwah Keadilan
Jl. Mampang Prapatan Raya No 98 D-E-F
Jakarta - Indonesia
Telp +62-21-7995425
Fax +62-21-7995433
Catatan. Hal-hal yang tertulis dalam artikel ini hanyalah bersifat informatif. jadi, untuk penilaian saya serahkan kepada anda para pembaca